Oleh: Wilhelmus R. Jesz
Pada awal tahun 1950-an, khususnya di Yogyakarta, beberapa komunitas mulai tumbuh dan menjelma sebagai sebuah organisasi. Pada tahun 1952, terbentuklah PPKB (Persatuan Pelajar Kalimantan Barat) yang kemudian mendapat legitimasi sebagai pengelola aset Daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat atas Asrama Provinsi, yakni Asrama Rahadi Oesman, Yogyakarta. PPKB kemudian berganti nama menjadi KPKB (Keluarga Pelajar Kalimantan Barat) pada tahun 1958 dan diubah lagi namanya menjadi KPMKB (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Kalimantan Barat) pada tahun 1984. Selain KPMKB, salah satu organisasi kemahasiswaan lainnya yang memiliki andil sebagai konsoliderant berbagai komunitas dengan asosiasi ke-Dayakan dalam perspektif tertentu adalah KPMKKB (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Katolik Kalimantan Barat) yang resmi menggunakan nama tersebut sejak tahun 1984, sedangkan KPMKKB itu sendiri dibentuk pada tanggal 8 November 1981. KPMKKB lahir sebagai perpanjangan tangan dari pergelutan para pelajar dan mahasiswa Dayak di Muntilan yang sudah ada sejak tahun 1977. Oleh sebab itu, KPMKKB merasa bertanggung jawab secara moral atas eksistensi Dayak dalam berbagai aspek di luar daerahnya sendiri (Kalimantan).
Pada tahun 1985, KPMKKB mendapat dukungan dari KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia) dalam proyek LPPS-KWI (Lembaga Penelitian dan Pembangunan Sosial) dengan nama “Pembinaan dan Kaderisasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik di Yogyakarta”. Proyek tersebut melibatkan seluruh element mahasiswa dalam program kerja dengan nama KKS (Kemah Kerja Sosial) dan terselenggara sejak tahun 1990-1997. KKS memberikan makna penting untuk menepis citra tak sedap (stereotipe) terhadap Dayak yang dalam kasus tertentu memang terpinggirkan. Dengan demikian, tidak salah kiranya beberapa kalangan beranggapan bahwa KPMKKB menjadi salah satu inspirator bagi perkembangan dan mutualisasi ke-Dayakan yang di kemudian hari berimplikasi dengan lahirnya PSBDK.
Di luar itu semua, perjuangan KPMKKB menjaga eksistensi Dayak dalam ranah budaya didukung komunitas kemahasiswaan lainnya menjalin relasi bersama KPMKB sebagai badan yang terpisah membangun konsolidasi atas terselenggaranya acara yang bertajuk “Semalam di Bumi Khatulistiwa” pada medio 1990-an. Pada tahun 1995 atas prakarsa KPMKKB dan KSDKB (Komunitas Seniman Dayak Kalimantan Barat) bersama komunitas lainnya seperti PAWAKA (Persatuan Warga Kalimantan) turut menyelenggarakan sebuah rangkaian acara bertemakan budaya Dayak di gedung Widya Mandala Gereja Kota Baru, Yogyakarta. Kegiatan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terselenggaranya Gawai Dayak untuk pertama kalinya pada tahun 2002 dengan regulasi yang disusun oleh FKPMKS (Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Kristiani Sintang). Penyelenggaraan event ini kemudian diambil oleh HPMDKH (Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Dayak Kapuas Hulu) pada tahun 2003. Pada tahun 2004, FKPMKS kembali menjadi tuan rumah event tersebut yang kemudian berinisiatif menyusun regulasi baru dan mengganti tajuk event dengan nama “Pesta Seni dan Budaya Dayak se-Kalimantan”.
Regulasi event yang dirancang sebelumnya kemudian mengalami sedikit perubahan pada tahun 2004. IKBKSY (Ikatan Keluarga Besar Kabupaten Sanggau Yogyakarta) sebagai tuan rumah penyelenggara, dalam hal finansial berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Regulasi inilah yang kemudian tetap dipertahankan hingga saat ini. Sedangkan, untuk mempermudah regulasi, promosi dan kerjasama, nama PSBDK juga secara tidak langsung mengganti nama-nama terdahulu (Gawai Dayak I dan Gawai Dayak II menjadi PSBDK I, II, III, IV dan seterusnya). Regulasi seperti yang dimaksud juga secara tidak langsung merefleksikan PSBDK sebagai inspirator bagi perhelatan sejenis lainnya di luar Yogyakarta. Perhelatan tersebut di antaranya Gawai Dayak Malang (8-9 Mei 2010) dan Dayak Night Jakarta yang di gagas oleh Dayak Youth Community pada tahun 2010.
Faktanya, sejak tahun 2002 PSBDK dikelola secara kolektif (non-organistoris). Prinsip ini memungkinkan tuan rumah tidak bekerja sendiri, namun secara efektif berkoordinasi serta bersinergi bersama komunitas, forum maupun organisasi lain yang memiliki basic-interest dan afiliasi sama. Mengacu pada perihal tersebut, Sekretariat Bersama (Sek. Ber) J. C Oevaang Oeraay IPMKB (dibentuk pada tahun 2001) bertindak sebagai pusat koordinasi yang diputuskan lewat Mubes (Musyawarah Besar) pada tahun 2002, Mubes tahun 2005 dan Mubes pada bulan Februari 2011. Pasca Mubes 2011, Sek. Ber J. C Oevaang Oeraay mengganti predikat IPMKB menjadi PMKB. Sek. Ber merupakan badan formatur yang juga dikelola secara kolektif, meskipun secara organisatoris bernaung di bawah KPMKB. Oleh sebab itu PSBDK merupakan salah satu agenda dengan regulasi tertentu tetap menjadi prioritas dari Sek. Ber yang juga menaungi (menurut garis koordinasi) organisasi, forum maupun komunitas di dalamnya. Sebagian besar organisasi tersebut merupakan peserta reguler PSBDK.
Tabel 1. Timeline PSBDK
Tabel 2. Tema Besar PSBDK