Sebagai salah satu upaya menginformasikan dan mensosialisasikan keberadaan budaya, pariwisata, hasil industri, perdagangan, peluang investasi serta ragam budaya tradisional masyarakat Dayak, Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) memberikan Rekomendasi dan dukungan kepada SEKBER PMKB J.C. OEVAANG OERAY untuk melaksanakan Pekan Budaya Dayak Nasional II yang akan dilaksanakan pada tanggal 24-27 November 2016 di Jogja Expo Center (JEC). Adapun rekomendasi dan dukungan tersebut tertuang dalam Surat Rekomendasi Nomor: 011/MADN/VI/2016 tertanggal 25 Juni 2016.
0 Comments
Yogyakarta – Sebagai salah satu ajang konsolidasi kader-kader terbaik forum mahasiswa se-Kalimantan Barat di bawah koordinasi Sekretariat Bersama Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat (SEKBER PMKB) J.C. Oevaang Oeray, Malam Keakraban Kalbar 2016 akan dibuka secara langsung oleh Gubernur Kalbar, Drs. Cornelis, M.H.
“Sejak hari Senin (18/4) kemarin, sudah dua kali Sekber dihubungi oleh pihak Kantor Gubernur menanyakan jadwal acara dan memastikan hadir di pembukaan,” papar Ketua SEKBER PMKB J.C. Oevaang Oeray, Fornestor Mindaw. Selain itu, pada tanggal 24 pagi para mahasiswa Kalbar di Yogyakarta yang terlibat secara penuh dalam Makrab Kalbar juga akan mendengarkan sekilas perkembangan daerah yang disampaikan langsung oleh Kepala Kepegawaian Daerah Kalimantan Barat, Kartius, S.H. M.Si. “Iya, tanggal 24 akan hadir Pak Kartus, tetapi bukan sebagai perwakilan Pemprov, kebetulan saja beliau ada kegiatan di Yogyakarta dan bersedia memberikan materi. Lagipula Pak Kartius pernah menjadi Pj Bupati Ketapang, jadi beliau sebagai anggota Kehormatan dari Bedayong juga,” tambah Mindaw yang penah menjabat Ketua Bedayong, Ketapang. Kegiatan Makrab Kalbar yang akan berlangsung pada 23-24 April 2016 di Wisma Kaliurang ini mengangkat tema populer ala anak muda, “Kemarin Boleh Tak Kenal, Hari Ini Kita Bersama, Esok Bahagia”. Walau dengan tema yang ringan, tetapi acara ini pada dasarnya bertujuan untuk membina perkembangan anggota serta mempersiapkan Sumber Daya Manusia menuju penyelenggaraan Pesta Seni dan Budaya Dayak se-Kalimanta XIV (PSBDK XIV) November nanti. Adapun sponsor utama PSBDK XIV mendatang adalah Pemerintah Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Selain itu juga, Makrab kali ini untuk suksesi Kongres Sekber pada Juni atau Juli mendatang serta diharapkan menjadi ruang pertemanan yang solid, berdaya dan efektif sebagai gerakan kaum intelektual muda Kalbar yang kreatif. Selamat Makrab Sejak menjabat sebagai Ketua SEKBER PMKB J.C. Oevaang Oeray pada Juli 2014 lalu, saya bertekad untuk mengubah kultur kaderisasi ala “bentak-bentak” atau semi intimidasi mental dan fisik. Artinya, dalam setiap kegiatan dan proses kaderisasi (termasuk MAKRAB), tidak boleh menonjolkan senioritas, atau lebih tepatnya superioritas angkatan. MAKRAB yang secara ekstrinsik mengandung kata AKRAB harus benar-benar dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai pembelajarannya. Malam Keakraban harus diadakan dengan bentuk dan kulturnya yang harus benar-benar baru. Ia harus mampu menjadi ruang pertemanan yang solid, berdaya dan efektif sebagai gerakan kaum intelektual muda yang kreatif. Bukan sebagai ajang pelonco-peloncoan atau kaderisasi semi-militer yang kaku. Makrab Kalbar 2016 HARUS direproduksi sebagai kegiatan pelepas penat, perajut rasa kekeluargaan, ataupun sebagai piknik bersama yang mendidik. Tidak boleh ada batas yang kaku antara PANITIA dan PESERTA, karena segan bukan dibangun lewat teriakan nada suara tinggi atau main bentak. PANITIA dan PESERTA mesti dibaur dalam suasana dialog yang nyaman dan menyenangkan lewat permainan-permainan mendidik, atau dengan cara-cara kreatif ala anak muda. Walau demikian, Makrab Kalbar 2016 juga harus mampu menjadi sebuah komunitas yang etis serta sebagai ruang belajar untuk menghargai. Artinya, hubungan yang cair antara PANITIA dan PESERTA jangan dijadikan alasan untuk tidak menaruh hormat terhadap orang yang lebih tua ataupun terhadap penyelenggara yang telah mempersiapkan kegiatan ini jauh-jauh hari. Bangunlah sikap saling percaya antara PANITIA dan PESERTA dan belajarlah untuk saling menghargai posisi masing-masing. Sekali lagi, ini BUKAN ajang SENIORITAS!!! Sehingga tidak ada alasan lagi bahwa PANITIA memiliki posisi di atas PESERTA, karena MAKRAB Kalbar 2016 adalah perintah yang dinegosiasikan. Ini berarti, rasa segan diproduksi melalui dialog dan pertemanan. Landasan itulah menjadi alasan mengapa Makrab Kalbar 2016 akhirnya dilaksanakan, walau dengan sedikit kelebihan dan lebih banyak kekurangannya. Lewat surat/catatan ini juga saya sebagai Ketua SEKBER PMKB J.C. Oevaang Oeray ingin menyampaikan kenapa komposisi panitia didominasi oleh angkatan-angkatan yang relatif baru. Saya rasa alasannya cukup jelas, bahwa Makrab BUKAN AJANG SENIORITAS tetapi ruang pembelajaran, pelayanan, pengabdian, saling percaya dan DIALOG. Kita sekarang tidak butuh kader-kader yang ditakuti, tetapi yang disegani. Kemudian juga soal rekrutmen panitia. Sebagai Badan Pengurus kami sudah melakukan sesuai prosedur yang disepakati beberapa tahun sebelum kegiatan semacam ini dilakukan. Forum sebagai organisasi yang otonom menjadi corong sejkaligus penyaring, selain itu juga lewat berbagai media publikasi, kami gunakan untuk mengundang seluruh unsur organisasi kita untuk proses rekrutmen PANITIA. SEKBER PMKB J.C. Oevaang Oeray tidak lagi membutuhkan orang-orang yang terkungkung rasa previlise ataupun selalu ingin dihormati, atau perlu dikejar mati-matian dulu untuk kemudian mau terlibat aktif. TIDAK!!! Tinggalkan saja kultur yang penuh kepura-puraan itu, pola yang kolot dan konservatif itu, jangan kita membuat generasi ini seperti panggung drama. Jadilah generasi pendobrak yang tak kalah oleh egoisme, karena organisasi ini bukan milik perorangan tetapi milik bersama. Sekarang, dalam konteks MAKRAB Kalbar 2016, entah posisi kita sebagai PANITIA atau PESERTA jangan merasa rendah diri atau terbebani, yang terpenting setelah kegiatan ini, kita bisa memberikan yang lebih baik. Mampu menciptakan dan melanjutkan karya-karya hebat lewat organisasi kita ini. Dan secara pribadi saya juga mengingatkan, bagi yang masih kukuh dengan pendirian egoismenya atau cara berfikir yang didasarkan pada emosional, mari kita jalan bersama. Ayo bergabung dalam kegiatan ini dengan segala kerendahan hati, karena sejatinya PEMIMPIN berangkat dari situ. Salam Makrab 2016. Come Join!!! “Kemarin Boleh Tak Kenal, Hari Ini Kita Bersama, Esok Bahagia” Fornestor Mindaw (Ketua SEKBER PMKB J.C. Oevaang Oeray 2014-2016) BIDAI: Industri Rumah Tangga Masyarakat Perbatasan yang Berpotensi Namun Terancam Keberlanjutannya11/14/2015 Oleh: DR. Yulianus Kale, S.Hut.,M.Si.Pernah disampaikan pada Talkshow and Workshop pada Pesta Seni dan Budaya Dayak se-Kalimantan X tahun 2012 Pendahuluan Bidai merupakan produk kerajinan tangan hasil anyaman rotan dan kulit kayu yang berbentuk (seperti) tikar. Awalnya masyarakat membuat bidai untuk kepentingan rumah tangga, yaitu sebagai alas lantai rumah dan sebagai alas untuk menjemur hasil panen yang berasal dari ladang. Namun seiring perkembangan waktu, bidai mulai diproduksi untuk dijual karena faktor ketahanan, multi fungsi, dan keindahannya. Bidai merupakan kerajinan tangan asli masyarakat etnis Dayak Kabupaten Bengkayang. Meskipun secara umum masyarakat Dayak di Kabupaten Bengkayang mengenal dan bisa membuat bidai, namun secara kualitas dan kuantitas pusat produksi kerajinan tangan ini berada di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, yaitu sekitar Kecamatan Jagoi Babang, Siding, dan Seluas. Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu wilayah NKRI yang berbatasan langsung (berbatasan darat) dengan Negara lain, yaitu Negara Malaysia. Faktor perbatasan ini merupakan salah satu variabel produksi yang berpengaruh secara signifikan pada perkembangan produksi kerajinan tangan bidai yang ada di Kabupaten Bengkayang. Tingginya permintaan bidai yang berasal dari Negara tetangga baik yang berasal dari individu maupun pihak penampung secara bertahap telah mengubah pembuatan bidai oleh masyarakat perbatasan menjadi skala indutri rumah tangga. Kondisi ini langsung di respon oleh masyarakat mengingat adanya potensi untuk memperoleh pendapatan rumah tangga yang cukup menjanjikan. Seiring berjalannya waktu, tuntutan pasar tidak hanya berpengaruh pada kualitas dan kuantitas kerajinan bidai yang dihasilkan tetapi juga berpengaruh pada variasi bentuk produk yang dihasilkan berupa turunan-turunan dari bidai. Sampai saat ini bidai yang dihasilkan sangat bervariasi baik pada ukuran maupun bentuk yang dihasilkan sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Fenomena ini menunjukkan bahwa minat konsumen untuk memiliki dan menggunakan kerajinan tangan ini sangat tinggi. Jika kondisi ini dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, maka bidai dapat berfungsi sebagai komoditas yang berperan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Perbatasan kabupaten Bengkayang sekaligus melestarikan Kebudayaan masyarakat Dayak, mengingat bidai merupakan produk kerajinan tangan yang bermuatan tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat etnis Dayak di Kabupaten Bengkayang. Pengelolaan kerajinan tangan bidai sampai saat ini belum terorganisir dengan baik. Belum adanya kelembagaan yang menjadi media bagi masyarakat berimplikasi pada pola produksi dan pemasaran bidai yang sangat tergantung pada manajemen masing-masing produsen (masyarakat). Sistem pengelolaan yang seperti ini tentu saja sangat riskan dan tergantung oleh pengaruh eksternal, baik yang bersifat makro maupun mikro. Apabila kondisi ini berkelanjutan maka pada titik produksi tertentu tingkat efisiensi ekonomi untuk industri kerajinan bidai akan mengalami penurunan, karena pengaruh eksternal akan meningkatkan biaya pada input produksi sekaligus menurunkan nilai jual yang menjadi faktor utama penentu laba yang diperoleh pada tingkat produsen. Sebagai industri yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan, tentunya akan sangat cepat dilirik oleh pelaku pasar yang berusaha untuk memanfaatkan kondisi pengelolaan yang tidak stabil tersebut untuk mendapatkan keuntungan dan nilai tambah yang besar dengan tanpa memperhatikan pihak produsen. Efek dari pengelolaan yang kurang baik pada industri bidai tidak hanya berpeluang menimbulkan reduksi efisiensi industri tetapi juga berpengaruh pada kelestarian budaya. Sebagai konsumen terbesar bidai, pihak Malaysia telah berusaha menjadikan bidai sebagai kerajinan tangan yang berasal dari Negara Tetangga tersebut. Apabila hal ini terjadi maka identitas budaya asli Indonesia akan “tercuri” oleh Negara lain. Pengakuan tersebut sangat memungkinkan terwujud mengingat bidai yang masuk ke Negara Malaysia dalam skala besar tidak secara langsung dipasarkan pada konsumen, namun dilakukan treatment untuk meningkatkan nilai tambah pada kerajinan tangan tersebut yang selanjutnya dipasarkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Proses pemasaran tersebut disertai dengan promosi yang mengarah pada Malaysia adalah Negara utama pemasok kerajinan bidai. Bidai dan Perekonomian Masyarakat Sekitar 65% masyarakat di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan utama dalam rumah tangga. Salah satu sektor industri yang memiliki kontribusi yang relatif besar dan sumber pendapatan utama selain sektor pertanian bagi masyarakat perbatasan adalah industri kerajinan bidai. Berdasarkan data Profil Kecamatan Jagoi Babang dan Seluas (2009) disebutkan bahwa setiap bulan rata-rata bidai yang dihasilkan masyarakat perbatasan adalah 5000 lembar bidai dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sebagian besar kerajinan besar tersebut masuk ke Negara Malaysia melalui daerah Serikin. Jumlah produksi yang cukup besar tersebut menjadikan bidai sebagai jenis usaha sektor industri yang memberikan kontribusi terbesar bagi masyarakat di wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang, yaitu mencapai 73,15% dari total pendapatan masyarakat yang berasal dari sektor industri (Yulianus, 2012). Penjelasan ini merupakan indikator sekaligus alasan yang sangat fundamental untuk segera memperbaiki sistem pengeloaan industri bidai di Kabupaten Bengkayang. Dengan pengelolaan yang baik tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat secara signifikan, sebaliknya jika pengelolaan kurang baik dan terintrupsi oleh faktor eksternal yang bersifat negatif tentunya akan sangat mengganggu sumber pendapatan dan perekonomian regional Kabupaten Bengkayang. Potensi Bidai dan Perbatasan Bidai merupakan kerajinan tangan asli etnis Dayak di Kabupaten Bengkayang, khusus yang berada di wilayah perbatasan. Masyarakat Dayak perbatasan sudah sangat familiar dengan bidai mengingat jenis kerajinan tangan ini merupakan warisan leluhur yang dibuat secara turun-temurun. Fakta ini menjelaskan bahwa ketrampilan sumber daya (manusia) yang memproduksi bidai merupakan potensi yang tidak dimiliki oleh daerah lain yang tidak memproduksi kerajinan tangan bidai. Pembinaan dan pelatihan dasar untuk pembuatan kerajinan tangan bidai tidak lagi menjadi permasalahan dalam pengembangan industri bidai di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, meskipun tetap diperlukannya pembinaan yang mengarah pada diferensiasi produk untuk memenuhi segmen pasar dan nilai tambah produksi. Bahan utama yang digunakan pada pembuatan bidai adalah bahan yang berasal dari alam, yaitu rotan dan kulit kayu. Sebagai kerajinan warisan leluhur tentunya bahan yang diperlukan dapat ditemukan di sekitar tempat tinggal masyarakat dan merupakan tanaman asli yang belum tentu terdapat di daerah lain. Kerajinan bidai dapat diproduksi dalam jumlah yang besar karena ketersediaan bahan baku yang cukup di alam (kawasan hutan). Dengan demikian peluang pengembangan bahan baku untuk proses produksi bidai di Kabupaten Bengkayang sangat besar mengingat lahan yang tersedia masih sangat luas dan tanaman yang akan dikembangkan juga adalah tanaman asli daerah tersebut. Bidai tidak hanya dipandang sebagai warisan asli leluhur masyarakat Dayak di kabupaten Bengkayang, tetapi juga sebagai komoditas yang memiliki keunggulan. Sampai saat ini bidai diproduksi dalam skala industri hanya terdapat di Kabupaten Bengkayang, khususnya wilayah perbatasan. Belum ada daerah lain yang memproduksi bidai dalam jumlah yang besar dan terjamin kualitasnya, baik pada tingkat regional, nasional, maupun internasional. Kondisi ini tentunya merupakan peluang yang sangat besar untuk pengembangan industri bidai di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, karena belum adanya ancaman yang berasal dari produsen lain. Pada awal sudah dijelaskan bahwa salah satu faktor yang sangat dominan pada perkembangan industri bidai di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang adalah perbatasan. Perbatasan sangat erat kaitannya dengan pemasaran industri kerajinan bidai. Permintaan pasar untuk bidai yang berasal dari Negara Tetangga sangat tinggi, bahkan hampir semua hasil industri bidai terserap oleh Negara Tetangga. Hanya sebagian kecil permintaan pasar bidai yang berasal dari dalam negeri, yaitu sekitar 5% dari permintaan total (bahkan lebih kecil dari 5% setiap tahunnya). Hal ini diduga merupakan implikasi dari keterbatasan eksesibilitas, jarak, promosi, dan jaringan pasar yang belum terbentuk di dalam negeri. Faktor lainnya adalah pertimbangan masyarakat produsen bidai terhadap ekspektasi laba yang diperoleh dari hasil penjualan sebagai akibat dari nilai tukar Rupiah. Identifikasi Permasalahan Potensi industri kerajinan bidai memang sangat berpeluang besar untuk dikembangkan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. namun untu mewujudkan hal tersebut perlu adanya pengelolaan yang efektif dan efisien, dan hal ini merupakan tugas bersama antara pihak Pemerintah (Pusat dan Daerah) sebagai pembuat kebijakan sekaligus berfungsi sebagai fasilitator, pihak investor dan pengusaha, pihak kelembagaan sosial ekonomi selain Pemerintah, dan peran aktif masyarakat sebagai produsen sekaligus konsumen bidai. Apabila empat elemen penting tersebut tidak berjalan dan atau tidak sinergis maka perwujudan pengembangan perekonomian masyarakat sekaligus pelestarian warisan leluhur melalui pengembangan industri bidai di Kabupaten Bengkayang akan terhambat. Pada awal sudah dijelaskan bahwa industri bidai Kabupaten Bengkayang sudah mendapat ancaman berupa usaha pengakuan yang sedang dilakukan oleh pihak Negara Tetangga. Selain itu permasalahan lainnya yang cukup urgent untuk segera direspon oleh semua pihak (elemen) adalah adanya analisis yang menunjukkan ancaman keberlanjutan produksi bidai di Kabupaten Bengkayang. eksploitasi bahan baku berupa rotan dan kulit kayu yang meningkat tajam di wilayah perbatasan namun tidak diimbangi dengan usaha penyediaan bahan baku telah mengakibatkan kelangkaan bahan baku untuk industri bidai di wilayah perbatasan. Kelangkaan bahan baku tentunya berpengaruh pada peningkatan biaya produksi dan hal ini akan menurunkan tingkat efisiensi usaha industri bidai. Apabila kondisi ini berlanjut maka secara bertahap industri bidai di Kabupaten Bengkayang akan mengalami penurunan, karena pelaku usaha industri bidai yang tidak memiliki modal yang kuat akan beralih pada usaha lain sebagai respon dari industri bidai yang semakin tidak menguntungkan.Pada saat ini bahan baku rotan yang digunakan untuk industri bidai di wilayah perbatasan sebagian besar (hampir 90%) dipasok dari Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini tentu saja berpengaruh signifikan pada peningkatan biaya input produksi dan biaya tranportasi industri bidai. Beberapa masyarakat perbatasan sudah mulai berhenti dan mengurangi produksi bidai karena biaya untuk bahan baku yang meningkat. Peningkatan biaya produksi bidai berpengaruh juga pada permintaan pasar, terutama yang berasal dari dalam negeri. Untuk menjaga efisiensi dan keberlanjutan industri bidai, produsen akan meningkatkan harga jual dengan tanpa memperhatikan permintaan pasar. Pada akhirnya harga bidai akan semakin mahal padahal daya beli masyarakat (dalam negeri) tidak mengalami perubahan yang sama dengan kenaikan harga bidai. Dengan demikian masyarakat produsen bidai hanya mengandalkan permintaan yang berasal dari Negara Tetangga Malaysia. Kondisi ini akan berakibat pada meningkatnya pemanfaatan dan keuntungan yang diperoleh pihak Negara Tetangga dari industri bidai di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Penutup Kesimpulan:
Rekomendasi:
Referensi: Anonym. 2009. Profil Kecamatan Jagoi Babang. Kabupaten Bengkayang. Kecamatan Jagoi Babang. Anonym. 2009. Profil Kecamatan Seluas. Kabupaten Bengkayang. Kecamatan Seluas. Anonym. 2005. Profil Kawasan Perbatasan Kalimantan Barat-Serawak. Badan Perencanaan Pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak. Anonym. 2011. Kabupaten Bengkayang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang. Bengkayang. Yulianus. 2012. Sektor Pertanian Kabupaten Bengkayang. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkayang. Bengkayang. Yulianus. 2011. Persepsi dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Usahatani di Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia Kabupaten Bengkayang. Disertasi. Universitas Gadjah Mada. D.I. Yogyakarta. Informasi bagi seluruh mahasiswa Kalimantan Barat di DIY bahwa akan diadakan temu anggota atau silaturahmi pada tanggal 7 November 2015. SEKBER PMKB J.C. Oevaang Oeray bersama 11 Forum/Kominitas di bawahnya mengagendakan kegiatan ini untuk semakin mempererat rasa persaudaraan sesama mahasiswa Kalbar di Yogyakarta.
Informasi pendaftaran silahkan menghubungi Ketua forum/komunitas masing-masing atau langsung daftarkan diri lewat Bendahara Umum Gradila Apra Winda (082322664809). Latar Belakang
Melihat realitas yang sedang berlangsung saat ini, terlebih dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, segala sesuatunya menjadi lebih instan dan accessible di manapun dan kapanpun. Realitas yang demikian tentunya turut pula mempengaruhi kondisi sosial masyarakat Dayak secara keseluruhan melingkupi semua aspek yang menuntut sebuah perubahan dinamis dalam sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Dinamika tersebut dapat kita cermati dari berbagai indikator seperti pergeseran nilai-nilai yang terjadi dalam kultus budaya Dayak, terkikisnya norma-norma maupun pengetahuan kolektif; kearifan lokal secara perlahan dan banyak hal lainnya yang berhubungan dengan perilaku kekinian di kalangan generasi muda Dayak itu sendiri, saat ini dan nanti. Disadari atau tidak, secara perlahan perkembangan zaman menuntun generasi Dayak khususnya pada era baru yang harus dipahami sebagai tantangan kemandirian tradisi. Untuk itu dibutuhkan suatu daya dan kreativitas di kalangan mudanya dalam hal berproses, berdaya saing, dan yang terpenting tetap menjaga tradisi dan identitas budaya Dayak agar tidak tercerabut dari akarnya. Situasi yang semakin memprihatinkan ini menggugah kami mengajak kaum muda Dayak dan kita semua untuk merefleksikan diri dan berpikir kritis tentang kondisi kekinian, dari hal-hal mendasar yang kita alami, saksikan, dan merasakan dampaknya secara langsung di tempat asalnya. Kami mengajak rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi untuk berpikir secara tepat dan cermat tentang pandangan ke depan, langkah maupun strategi yang akan dikembangkan, dan menuangkan pikiran tersebut dalam sebuah tulisan. Dengan tema “Membangun Generasi Muda Dayak yang Inovatif dan Visioner”, kami berupaya mewadahi gagasan dan pikiran di atas yang bersesuaian sebagai salah satu tonggak lainnya, yakni menciptakan generasi muda Dayak yang kaya akan ide dan gagasan yang terbaharukan, tetapi juga memiliki karakteristik sebagai kaum yang mampu menghadapi pergulatan zaman. Perubahan besar selalu berawal dari gerakan-gerakan inovatif kaum muda, khususnya manusia muda Dayak. Salam Budaya! LOMBA ESAI PSBDK XIII 2015 “Membangun Generasi Muda Dayak yang Inovatif dan Visioner” JADWAL PELAKSANAAN Pembukaan Lomba Esai : Sabtu, 20 Juni 2015 Batas Waktu (deadline) Pengumpulan Esai : 23 September 2015 (pukul 23.59) Pengumuman Pemenang Esai : Sabtu, 03 Oktober 2015 CP: Heribertus (085649983818), Leopold (085252116469) DESKRIPSI KEGIATAN A. Ketentuan Peserta
B. Ketentuan Kompetisi
Contoh surat Dengan ini menyatakan Nama : ........ Universitas : ........ Terdaftar sebagai anggota dari ..........(nama forum/komunitas) Ketua Forum...(nama forum/komunitas) Ttd/stempel .......Nama...... C. Ketentuan dan Sistematika Penulisan Esai
Kriteria Penilaian Adapun beberapa kriteria penilaian terhadap karya tulis yang harus diperhatikan, yakni :
HADIAH Kategori Hadiah Juara 1 Tropi dan Sertifikat Juara Uang tunai Rp. 1.200.000,00 Juara 2 Tropi dan Sertifikat Juara Uang tunai Rp. 1.000.000,00 Juara 3 Tropi dan Sertifikat Juara Uang tunai Rp. 800.000,00 *Seluruh peserta lomba akan mendapatkan sertifikat #GenerasiBetangCerdas #1
Bagi teman-teman mahasiswa kalbar yg akan pulang kampung liburan natal ini dlm waktu yg cukup lama, kami mengajak teman-teman untuk bergabung bersama kami dalam gerakan #GenerasiBetangCerdas #1 Teman2 dpt memanfaatkan waktu liburan natal utk menulis & mendokumentasikan tentang sejarah kampung, situs2 kampung, sastra lisan, kebudayaan, dan nilai2 penting lainnya yg pernah hidup di kampung teman2 masing2. Teman2 dapat mendokumentasikannya dlm bentuk tulisan, foto, video, dll Gerakan ini sebagai upaya utk menginventarisir dan mendokumentasikan kekayaan2 budaya yg ada di kampung teman2 masing2. Jangan sampai kekayaan2 budaya yg hanya terekam di ingatan2 orang2 tua kita hilang begitu saja. *Pendaftaran: tgl 1 s/d 13 desember 2014 *Pembekalan: 15 & 16 Desember 2014 *Tgl Pelaksanaan: 20 Des 2014 s/d 10 feb 2015 (selama liburan semester/natal) *tempat pelaksanaan: di wilayah kampung teman2 masing2 Data2 yg terkumpul akan kita olah bersama2 menjadi kumpulan karya dlm bentuk buku atau bentuk apapun yg akan kita dipublikasikan. Utk info lebih lanjut silah hub no di bawah ini. Thx "Dalam tradisi lisan, para tetua adalah perpustakaan yang hidup. Maka yang hidup, suatu saat akan lenyap ditelan waktu. Maka, "rekaman-rekaman" yang tersimpan dalam perpustakaan yang hidup itu pun harus diselamatkan. Agar karya-karya agung yang terekam dalam ingatan para tetua kita tidak ikut lenyap" Cp: Yogi (081326871548) Leo (085252116469) Pertemuan Perempuan2 se-Kalbar 19 November 2014. Hasil pertemuan tersebut telah dibentuk Komisi Bidang Perempuan Sekber Oevaangoeraay Yogyakarta yg memiliki 9 Komisioner. Komisi ini akan bergerak memobilisasi potensi2 perempuan2 Kalbar di Yogyakarta, kaderisasi calon2 pemimpin perempuan, meningkatkan partisipasi perempuan dalam berbagai kegiatan, dan menyuarakan bahwa semua putra/putri daerah memiliki hak yg sama terhadap aset pemprov Kalbar di Yogyakarta (ex. Asrama Putri). Terus Berjuang Perempuan2 Hebat, kalian menjadi bagian dari sejarah hebat organisasi kita sekaligus Mentornya. TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sekretariat Bersama Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat J.C. Oevaang Oeray (Sekber PMKB J.C. Oevaang Oeray) akan menggelar musyawarah kerja (Muker) di Yogyakarta pada 27 hingga 28 September 2014.
Muker Sekber PMKB J.C. Oevaang Oeray itu akan menjadi titik tolak konsolidasi dan pengembangan organisasi menuju Lustrum ke III pada tahun 2016 mendatang. Sebagai organisasi induk forum-forum mahasiswa daerah tingkat kabupaten se-Kalbar, sudah saatnya arah perjuangan kita (organisasi) berkontribusi lebih teradap perkembangan daerah, terutama sumber daya manusianya. "Muker ini akan mengambil keputusan penting mengenai strategi perjuangan organisasi dalam mengembangan sistem organisasi mapan serta peningkatan sumber daya manusia Kalbar, khususnya yang ada di Yogyakarta," ujar Mindaw via pesan singkat. Dipaparkannya, Muker Sekber PMKB J.C. Oevaang Oeray itu akan melibatkan seluruh komponen organisasi dengan melihat asas keterwakilan. "Akan ada delapan puluh (80) delegasi peserta sidang di luar Panitia Pelaksana yang akan ikut terlibat dalam Musyawarah Kerja ini," sambung Mindaw yang juga mantan Ketua Forum Bedayong (Ketapang) ini. Sedangkan Sekjend Sekber PMKB J.C. Oevaang Oeray, Andreas Paulus mengatakan, forum Muker ini akan menjadi momen penting bagi perkembangan organisasi ke depan. Pau menambahkan bahwa Muker ini, selain menyusun program untuk dua tahun ke depan, juga untuk membahas beberapa isu penting organisasi. "Sesuai arahan Ketua Sekber, pertama kita akan menegaskan kembali strategi perjuangan Sekber, konsolidasi dan kaderisasi serta membicarakan beberapa hal seperti aset Kalbar di Yogyakarta, peran Alumni dan lain-lain" ungkap Pau yang juga kader Ikatan Keluarga Besar Kabupaten Sanggau Yogyakarta ini. Selain itu, ada beberapa undangan yang akan kita sebar sebagai peninjau Muker. Kepala Sekretariat Badan Pengurus Sekber PMKB J.C. Oevaang Oeray, Dwi Pranatalia menjelaskan bahwa dari daftar undangan tersebut diantaranya adalah Kepala Kantor Perwakilan Kalbar di Jakarta dan. "Namun belum ada konfirmasi atas undangan ini, apakah bisa hadir atau tidak," ungkap Uee. Sementara masalah dana penyelenggaraan, Bendaha Umum SEKBER PMKB J.C. Oevaang Oeray, Gradilla Apra Winda menegaskan bahwa pendanaan diperoleh melalui swadaya organisasi serta sumbangan dari donatur-donatur termasuk beberapa alumni. "Tidak ada uang dari Pemerintah Provinsi yang kami pakai untuk Muker, sekalipun kegiatan ini membawa nama daerah Kalbar dan arahnya untuk meningkatkan SDM Kalbar," ungkap Winda disela-sela kesibukannya sebagai Panitia Pesta Seni dan Budaya Dayak se-Kalimantan XII 2014. Winda yang juga berasal dari Pontianak, menerangkan bahwa, Muker ini baru pertama kali diselenggarakan dalam sejarah berjalannya organisasi Sekber PMKB J.C. Oevaang Oeray. "Karena pertama kali diselenggarakan, Muker akan dipimpin langsung oleh Ketua organisasi, Bang Mindaw," katanya. Di lain tempat, F.X. Trides Mecer selaku Ketua Ikatan Alumni J.C. Oevaang Oeray di Pontianak, Kalimantan Barat mengapresiasi dan mendukung penuh Muker. "Atas nama alumni, kami sangat mendukung Muker ini, sehingga menghasilkan program kerja ke depan yang semakin terarah, dan juga semakin solid untuk seluruh mahasiswa Kalbar di Jogja," ungkap Frans, panggilan akrabnya. Dia juga menambahkan, "selain itu, Sekber PMKB J.C. Oevaang Oeray ini juga dapat membangun komunikasi dengan daerah-terutama alumni-sehingga apa yang menjadi buah pemikiran rekan-rekan mahasiswa dapat berguna untuk pembangunan di Kalbar." "Selamat melaksanakan Muker," ungkap anak dari bapak A.R. Mecer ini menutup pembicaraan. Sumber: http://pontianak.tribunnews.com/2014/09/22/sekber-pmkb-jc-oevaang-oaray-tingkatkan-konsolidasi-lewat-muker Oleh: Wilhelmus R. Jesz Sudah menjadi rahasia bersama, bukanlah perkara gampang untuk menjadikan event PSBDK (Pesta Seni dan Budaya Dayak) saat ini sebagai sebuah perhelatan akbar bertemakan budaya, buah karya para pelajar, mahasiswa/i yang sedang menimba ilmu di Yogyakarta; kota pendidikan, budaya dan pariwisata di Indonesia. Jauh sebelum penyelenggaraannya yang ke-11 pada tahun ini (2013), beberapa event serupa juga pernah menghiasi hiruk pikuk kota Yogyakarta, dan beberapa kota lainnya di Pulau Jawa. Embrio PSBDK sesungguhnya berawal dari pelbagai ide kreatif yang digaungkan oleh berbagai komunitas serta organisasi atas gagasan yang datang dari kalangan pelajar, mahasiswa Dayak dan kelompok lainnya yang berafiliasi sama. Pada awal tahun 1950-an, khususnya di Yogyakarta, beberapa komunitas mulai tumbuh dan menjelma sebagai sebuah organisasi. Pada tahun 1952, terbentuklah PPKB (Persatuan Pelajar Kalimantan Barat) yang kemudian mendapat legitimasi sebagai pengelola aset Daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat atas Asrama Provinsi, yakni Asrama Rahadi Oesman, Yogyakarta. PPKB kemudian berganti nama menjadi KPKB (Keluarga Pelajar Kalimantan Barat) pada tahun 1958 dan diubah lagi namanya menjadi KPMKB (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Kalimantan Barat) pada tahun 1984. Selain KPMKB, salah satu organisasi kemahasiswaan lainnya yang memiliki andil sebagai konsoliderant berbagai komunitas dengan asosiasi ke-Dayakan dalam perspektif tertentu adalah KPMKKB (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Katolik Kalimantan Barat) yang resmi menggunakan nama tersebut sejak tahun 1984, sedangkan KPMKKB itu sendiri dibentuk pada tanggal 8 November 1981. KPMKKB lahir sebagai perpanjangan tangan dari pergelutan para pelajar dan mahasiswa Dayak di Muntilan yang sudah ada sejak tahun 1977. Oleh sebab itu, KPMKKB merasa bertanggung jawab secara moral atas eksistensi Dayak dalam berbagai aspek di luar daerahnya sendiri (Kalimantan). Pada tahun 1985, KPMKKB mendapat dukungan dari KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia) dalam proyek LPPS-KWI (Lembaga Penelitian dan Pembangunan Sosial) dengan nama “Pembinaan dan Kaderisasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik di Yogyakarta”. Proyek tersebut melibatkan seluruh element mahasiswa dalam program kerja dengan nama KKS (Kemah Kerja Sosial) dan terselenggara sejak tahun 1990-1997. KKS memberikan makna penting untuk menepis citra tak sedap (stereotipe) terhadap Dayak yang dalam kasus tertentu memang terpinggirkan. Dengan demikian, tidak salah kiranya beberapa kalangan beranggapan bahwa KPMKKB menjadi salah satu inspirator bagi perkembangan dan mutualisasi ke-Dayakan yang di kemudian hari berimplikasi dengan lahirnya PSBDK. Di luar itu semua, perjuangan KPMKKB menjaga eksistensi Dayak dalam ranah budaya didukung komunitas kemahasiswaan lainnya menjalin relasi bersama KPMKB sebagai badan yang terpisah membangun konsolidasi atas terselenggaranya acara yang bertajuk “Semalam di Bumi Khatulistiwa” pada medio 1990-an. Pada tahun 1995 atas prakarsa KPMKKB dan KSDKB (Komunitas Seniman Dayak Kalimantan Barat) bersama komunitas lainnya seperti PAWAKA (Persatuan Warga Kalimantan) turut menyelenggarakan sebuah rangkaian acara bertemakan budaya Dayak di gedung Widya Mandala Gereja Kota Baru, Yogyakarta. Kegiatan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terselenggaranya Gawai Dayak untuk pertama kalinya pada tahun 2002 dengan regulasi yang disusun oleh FKPMKS (Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Kristiani Sintang). Penyelenggaraan event ini kemudian diambil oleh HPMDKH (Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Dayak Kapuas Hulu) pada tahun 2003. Pada tahun 2004, FKPMKS kembali menjadi tuan rumah event tersebut yang kemudian berinisiatif menyusun regulasi baru dan mengganti tajuk event dengan nama “Pesta Seni dan Budaya Dayak se-Kalimantan”. Regulasi event yang dirancang sebelumnya kemudian mengalami sedikit perubahan pada tahun 2004. IKBKSY (Ikatan Keluarga Besar Kabupaten Sanggau Yogyakarta) sebagai tuan rumah penyelenggara, dalam hal finansial berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Regulasi inilah yang kemudian tetap dipertahankan hingga saat ini. Sedangkan, untuk mempermudah regulasi, promosi dan kerjasama, nama PSBDK juga secara tidak langsung mengganti nama-nama terdahulu (Gawai Dayak I dan Gawai Dayak II menjadi PSBDK I, II, III, IV dan seterusnya). Regulasi seperti yang dimaksud juga secara tidak langsung merefleksikan PSBDK sebagai inspirator bagi perhelatan sejenis lainnya di luar Yogyakarta. Perhelatan tersebut di antaranya Gawai Dayak Malang (8-9 Mei 2010) dan Dayak Night Jakarta yang di gagas oleh Dayak Youth Community pada tahun 2010. Faktanya, sejak tahun 2002 PSBDK dikelola secara kolektif (non-organistoris). Prinsip ini memungkinkan tuan rumah tidak bekerja sendiri, namun secara efektif berkoordinasi serta bersinergi bersama komunitas, forum maupun organisasi lain yang memiliki basic-interest dan afiliasi sama. Mengacu pada perihal tersebut, Sekretariat Bersama (Sek. Ber) J. C Oevaang Oeraay IPMKB (dibentuk pada tahun 2001) bertindak sebagai pusat koordinasi yang diputuskan lewat Mubes (Musyawarah Besar) pada tahun 2002, Mubes tahun 2005 dan Mubes pada bulan Februari 2011. Pasca Mubes 2011, Sek. Ber J. C Oevaang Oeraay mengganti predikat IPMKB menjadi PMKB. Sek. Ber merupakan badan formatur yang juga dikelola secara kolektif, meskipun secara organisatoris bernaung di bawah KPMKB. Oleh sebab itu PSBDK merupakan salah satu agenda dengan regulasi tertentu tetap menjadi prioritas dari Sek. Ber yang juga menaungi (menurut garis koordinasi) organisasi, forum maupun komunitas di dalamnya. Sebagian besar organisasi tersebut merupakan peserta reguler PSBDK. Tabel 1. Timeline PSBDK Keterangan: TB UGM mewakili tempat pelaksanaan yakni Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, D.I. Yogyakarta. Sedangkan tempat pelaksanaan lainnya yakni Purna Budaya UGM (Universitas Gajah Mada) yang kemudian berganti nama menjadi PK (Pusat Kebudayaan) UGM “Koesnadi Hardjasoemantri” dan GOR (Gelanggang Olah Raga) UNY (Universitas Negeri Yogyakarta). Tabel 2. Tema Besar PSBDK Keterangan: PSBDK IV tahun 2005 menjadi satu-satunya event PSBDK yang tidak mengangkat tema besar. Perihal tersebut belum dapat dipastikan atas faktor tertentu.
|
Archives
October 2016
SEKBER PMKB JCOO
Sekretariat Bersama Pelajar dan Mahasiswa Kalimantan Barat "JC. Oevaang Oeraay" Yogyakarta adalah sebuah wadah bagi mahasiswa yang berasal dari Kalimantan Barat yang menempuh studi di kota Yogyakarta. organisasi yang akrab di sebut SEKBER JC. OEVAANG OERAAY oleh kalangan mahasiswa di Yogyakarta ini terbentuk pada tanggal 29 Juli 2001,dan memiliki 9 (sembilan) forum kabupaten dan 2 (dua) komunitas yang tergabung di dalamnya. Forum-forum kabupaten tersebut adalah: Forum Pelajar Mahasiswa Kabupaten Bengkayang (FPMKB),Forum Mahasiswa Singkawang (FORMASI),Forum Mahasiswa Kabupaten Landak (FORMAKAL), Ikatan keluarga besar kabupaten sanggau Yogyakarta (IKBKSY), Ikatan pelajar mahasiswa kabupaten Sekadau (IPMKS), forum komunikasi palajar mahasiswa kristiani sintang (FKPMKS),Forum komunikasi mahasiswa dan pelajar kabupaten melawi (FOKUS MAPAWI), Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Dayak Kapuas Hulu (HPMDKH),bujang Dare Kayong Ketapang (B'DAYONG) dan dua komunitas yaitu Forum peduli Kalimantan Barat (FPKB),dan komunitas seniman asal KALBAR (DANGO UMA). Categories |